
Kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump membawa dampak signifikan bagi Indonesia, terutama dalam perdagangan, investasi, dan sektor keuangan. Proteksionisme perdagangan, reformasi pajak AS, serta kebijakan moneter yang lebih ketat, menuntut Indonesia untuk segera beradaptasi agar tetap kompetitif di pasar global. Berikut wawancara seputar analisis dan saran dari Chief Executive Organizer (CEO) Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani bersama jurnalis jinfo24jam.id, Zulfadhli Anwar.
Penulis/editor: Zulfadhli Anwar
INFO24JAM.ID, Jakarta|Kebijakan ekonomi yang diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membawa perubahan signifikan pada dinamika ekonomi global. Sebagai mitra dagang dan investasi AS, Indonesia turut merasakan dampaknya, baik dalam bentuk tantangan maupun peluang.
Langkah strategis yang bagaimanakah yang dapat dilakukan Indonesia untuk menghadapi tantangan ini ?
Dalam wawancara jurnalis info24jam.id, Zulfadhli Anwar bersama Chief Executive Organizer (CEO) Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani menganalisis perubahan kebijakan ini menuntut respons strategis dari Indonesia agar tetap kompetitif di pasar internasional.
Menurutnya, diantara kebijakan utama yang berdampak langsung pada Indonesia adalah langkah proteksionisme perdagangan dan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump.
Isu penting lainnya, peningkatan tarif impor serta renegosiasi berbagai perjanjian perdagangan berpotensi menimbulkan tantangan baru dalam hal ekspor Indonesia ke AS, terutama di sektor tekstil, manufaktur, serta komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit dan karet.
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam analisisnya menyarankan kepada pengambil kebijakan ekonomi makro Indonesia untuk melakukan beberapa langkah kebijakan, seperti:
Pertama, diversifikasi pasar ekspor ke Asia, Timur Tengah, dan Eropa guna mengurangi ketergantungan pada AS.
Kebijakan insentif investasi yang lebih menarik untuk mempertahankan aliran modal asing.
Kedua, penguatan cadangan devisa dan kebijakan fiskal yang fleksibel, dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah.
Ketiga, kolaborasi sektor swasta dan organisasi internasional, dalam mengisi kesenjangan akibat berkurangnya bantuan luar negeri.
CEO Grant Thornton Indonesia ini juga menekankan pentingnya reformasi kebijakan dan sinergi antara pemerintah dan sektor swasta, untuk memastikan Indonesia tetap kompetitif di tengah perubahan ekonomi global.
“Indonesia perlu segera memperkuat hubungan dagang dengan pasar alternatif, seperti negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor ke AS,” ujar Johanna Gani, Ahad (2/3/2025) pagi dalam suasana diskusi santai di sela-sela mengisi waktu liburnya di Jakarta.
Selain itu, Johanna menuturkan pula, reformasi pajak yang diberlakukan di AS bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi kembali ke dalam negeri, yang berpotensi mengurangi arus investasi asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun, “situasi ini juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya dengan menciptakan kebijakan insentif investasi yang lebih menarik, dan kondusif bagi investor global,” imbuh Johanna.
Dalam amatannya di sektor keuangan, kebijakan moneter AS yang ditandai dengan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve berpotensi memperkuat dolar AS, yang dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
“Melemahnya rupiah dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia, terutama bagi sektor yang bergantung pada impor dan utang dalam mata uang asing.
Fluktuasi nilai tukar tidak bisa dihindari, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Indonesia membangun ketahanan ekonomi dengan memperkuat cadangan devisa, dan memastikan kebijakan fiskal yang fleksibel,” jelas Johanna merincikan.
Dalam catatan Grant Thornton Indonesia, selain kebijakan ekonomi dan perdagangan, perubahan kebijakan pemerintahan Trump terhadap bantuan luar negeri melalui _United States Agency for International Development_ (USAID), juga berdampak pada Indonesia.
“Pemerintahan Trump telah mengurangi anggaran bantuan luar negeri, termasuk untuk program-program pembangunan, kesehatan, dan pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Pemangkasan ini dapat mempengaruhi inisiatif pembangunan berkelanjutan serta proyek-proyek sosial yang selama ini didanai oleh USAID di Indonesia.
Berkurangnya dukungan dari USAID berarti Indonesia perlu mencari sumber pendanaan lain untuk program-program sosial dan pembangunan.
Kolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi internasional menjadi semakin penting untuk mengisi kesenjangan ini,” ungkap Johanna, lebih lanjut.
Kebijakan energi dan lingkungan yang lebih longgar di bawah pemerintahan Trump juga memberikan dampak bagi Indonesia, terutama dalam perdagangan energi global.
Dengan fokus AS pada eksplorasi energi domestik, harga minyak dan batu bara di pasar internasional dapat mengalami fluktuasi yang mempengaruhi ekspor energi Indonesia.
Grant Thornton Indonesia juga menilai bahwa di tengah perubahan ini, Indonesia harus proaktif dalam mencari pasar alternatif dan memperkuat industri energi berbasis keberlanjutan.
Johanna pun menambahkan, “Indonesia memiliki potensi besar untuk tetap kompetitif di tengah perubahan kebijakan AS.
Dengan memperkuat daya saing industri lokal, meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, serta menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, Indonesia dapat mempertahankan posisinya dalam perekonomian global.
Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini.
Reformasi kebijakan yang progresif serta pendekatan strategis dalam menarik investasi, dapat membantu Indonesia tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global.”
tukas Johanna.
Grant Thornton Indonesia menekankan bahwa untuk mempertahankan daya saing ekonomi, Indonesia perlu terus melakukan reformasi struktural, memperkuat kebijakan insentif bagi investor, serta meningkatkan daya saing industri domestik.
“Perubahan kebijakan global adalah hal yang tidak dapat dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan strategi yang tepat, agar Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam perekonomian global,” tutup Johanna Gani.
Sumber: wawancara
Tags:donald trump,proteksionisme,indonesia,as,grant thornton indonesia,info24jam,,zulfadhli anwar.